Senin, 11 April 2016

[Book Review] Walking After You - Windry Ramadhina



Judul : Walking After You
Penulis : Windry Ramadhina
Cetakan : Kedua, 2015
Tebal : viii + 320 hlm
Penerbit : GagasMedia
Kategori : Novel
979 – 780 – 772 - X 

Blurb:

Masa lalu akan tetap ada. Kau tak perlu terlalu lama terjebak di dalamnya.
Pada kisah ini, kau akan bertemu An. Perempuan dengan tawa renyah itu sudah lama tak bisa keluar dari masa lalu. Ia menyimpan rindu, yang membuatnya semakin kehilangan tawa setiap waktu. Membuatnya menyalahkan doa-doa yang terbang ke langit. Doa-doa yang lupa kembali padanya.

An tahu, seharusnya ia tinggalkan kisah sedih itu sejak berhari-hari lalu. Namun, ia masih saja di tempat yang sama. Bersama impian yang ternyata tak mampu ia jalani sendiri, tetapi tak bisa pula ia lepaskan.

Pernahkah kau merasa seperti itu? Tak bisa menyalahkan siapa-siapa, kecuali hatimu yang tak lagi bahagia. Pernahkah kau merasa seperti itu? Saat cinta menyapa, kau memilih berpaling karena terlalu takut bertemu luka?

Mungkin, kisah An seperti kisahmu. Diam-diam, doa yang sama masih kau tunggu.

***

Satu sendok krim bisa menyelamatkan hari-hariku yang kelabu. Namun, sayang, satu sendok krim tidak pernah bisa mengembalikan hari-hari kami yang telah lalu.”
Hlm. 38

Rasa bersalah dan luka yang pernah kita torehkan di masa lalu mungkin akan mengundang rasa penyesalan di masa mendatang. Berbagai cara  dilakukan untuk membayar segala kesalahan itu. Namun, percuma saja, masa lalu akan terus menghantui hati dan pikiran kita. Karena, salah satu cara yang bisa dilakukan atas kejadian di masa lalu adalah menerimanya. Sama halnya dengan An, ia berusaha sekuat mungkin untuk membayar segala kesalahan yang pernah ia lakukan di masa lalu. An memiliki saudara kembar yang bernama Arlet. Keduanya sama-sama memiliki ketertarikan terhadap dunia kuliner. Jika An lebih suka terhadap makanan Italia, Arlet justru lebih menyukai Prancis dengan berbagai jenis kuenya.

Setelah lulus dari Le Cordon Bleu di Sidney, An dan Arlet sama-sama kembali ke Indonesia. Keduanya telah memiliki rencana untuk mendirikan sebuah trattoria dengan nama Erbe e Mela di suburban. Dan itu menjadi impian besar mereka saat itu. Namun, sebelum impian mendirikan trattoria itu terealisasikan, kedua saudara kembar itu pernah bekerja di sebuah restoran Italia bernama La Spezia—tepat setelah mereka pulang dari Sidney.  Maka, di sanalah mereka bertemu Jinendra, koki sekaligus pemilik La Spezia. Dan, di sanalah pula segala masalah itu berawal. Masalah yang kemudian membuat An merasa bersalah dan menyesal di masa mendatang.

Rasa bersalah dan penyesalan itu membuat banyak perubahan dalam hidup mereka, terutama An. Impian untuk mendirikan trattoria pun pupus sudah. Demi membayar rasa bersalah itu, An memutuskan untuk bekerja di Afternoon Tea—sebuah toko kue Prancis. Di sana, An bertemu dengan Julian. Seorang kepala koki yang sangat mirip dengan Arlet, saudara kembarnya. Arlet dan Julian sama-sama memiliki ketertarikan terhadap segala jenis kue. Di Afternoon Tea pula An bertemu dengan seorang gadis pembawa hujan yang bernama Ayu. Seorang perempuan misterius dengan payung merah yang kedatangannya selalu disertai hujan. Anehnya, setiap kali datang, yang dilakukan Ayu hanyalah memesan soufflé coklat tanpa memakannya, dan memandang kosong ke luar jendela sampai akhirnya ia memutuskan untuk pergi.

Lantas, apakah arti dibalik kemisteriusan sosok Ayu yang kedatangannya selalu disertai hujan tersebut?

Dan, An, apakah kesalahan yang pernah ia perbuat di masa lalu? Mengapa ia sangat merasa pantas untuk membayarnya?

Selamat datang di Afternoon Tea dan selamat menemui kisah menarik yang ada di dalamnya….

***

“Kehadiran satu potong tar cantik di atas meja bisa membuat seseorang tersenyum. Satu sendok krim yang benar-benar enak akan menjadikan hari orang itu sempurna. Dan, kalaupun sebelumnya ia mengalami hari yang buruk, maka kue adalah penawar pahit paling pas.”
Hlm. 58

“…pelangi adalah janji alam bahwa masa buruk telah berlalu dan masa depan akan baik-baik saja.”
Hlm. 274

Walking After You adalah buku ketiga Windry Ramadhina yang aku baca setelah Orange dan Last Forever. Untuk kesekian kalinya, aku benar-benar dibuat jatuh cinta dengan tulisan Kak Windry. Segala tema yang diangkat di setiap bukunya sangat menarik dan mampu mendominasi isi ceritanya secara menyeluruh. Sebut saja Walking After You ini, dengan mengangkat cerita tentang saudara kembar yang sama-sama memiliki hobi terhadap dunia kuliner, kita sama-sama diajak untuk berwisata kuliner bersama An dan Arlet. Segala pengetahuan tentang berbagai jenis kue dan makanan lainnya tersampaikan dengan baik dan dideskripsikan dengan jelas pula. Inilah yang membuat aku suka dengan tulisan Kak Windry, segala sesuatunya disampaikan dengan sangat rinci dan detail. Sehingga tidak terkesan sebagai embel-embel atau pemanis saja. Berkali-kali aku dibuat ngiler membayangkan berbagai jenis kue lezat tersebut. Beberapa kue lezat yang kerap dihadirkan di sini adalah soufflé coklat. Setelah googling, aku benar-benar dibuat ngiler dengan kue yang satu ini. Hmm… delicious pokoknya.


Souffle Coklat.

Source: Click here! 


Souffle Coklat. Hmm, nyummy??

Source: Click here 


Pada bab-bab awal, pembaca  berhasil dibuat penasaran dengan masa lalu An dan Arlet. Banyak pertanyaan bermunculan terkait masa lalu saudara kembar ini. Penulis juga sesekali memberikan kode atau clue yang membuat kita menebak-nebak. Bacaan tipe seperti ini sangat aku sukai. Menyimpan banyak teka-teki yang membuatku enggan untuk berhenti membacanya. Aku juga dibuat suka dengan hubungan saudara kembar ini. Kesamaan hobi mereka di dunia kuliner, menjadikan An dan Arlet memiliki keterikatan dan hubungan yang kuat. Tapi aku juga sangat terharu saat mengetahui masa lalu mereka. Sebenarnya, membaca kisah An dan Arlet yang begitu menyenangkan ini sangat membuatku iri. Kayaknya, enak ya punya saudara kembar. Apalagi memiliki satu passion yang sama dengan kita.

Selain itu, kehadiran tokoh Ayu di buku ini pada awalnya membuat aku penasaran. Tentang hujan yang selalu datang bersamanya, tentang soufflé coklat pesanannya yang tidak pernah disentuh, dan tentang masa lalunya. Tapi, menuju pertengahan, tokoh ini seakan terlupakan begitu saja. Membuatku menganggap Ayu ini sebagai tokoh tempelan yang mengundang rasa penasaran saja. Tapi, rupanya aku salah. Menjelang akhir, aku benar-benar terkejut saat mendapatkan ‘arti’ dari kehadiran Ayu dengan hujan yang sesungguhnya. Berbicara tentang tokoh dan penokohan, menurutku Julian yang plaingmkuat dan khas di sini. Dengan sikapnya yang tempramen, kelewat serius, dan kaku, membuatnya menjadi sosok laki-laki yang berbeda dari yang sudah ada. Rada aneh juga awalnya, sebagai laki-laki, Julian ini menurutku cenderung ke perempuan karena sikapnya tersebut. Tapi, rupanya sikap Julian ini berhasil menjadi ciri khas tersendiri bagi aku yang membacanya.

Alur dan penyampaiannya juga sangat rapi dan menarik. Dengan mudah, Kak Windry membawa pembaca menikmati setiap alur ceritanya yang maju mundur dengan segala kisah di dalamnya yang  terungkap secara perlahan. Selain itu, aku juga dibuat greget saat adegan manis yang melibatkan An dan Julian terpotong karena kehadiran tokoh lain. Ewwhh, udah dinanti-nanti, ee malah nggak jadi, deuuh. Dan, jujur, aku adalah satu orang yang mendukung hubungan mereka, ketimbang dengan Jinendra, hehe. Oh iya, di sini penulis menggunakan PoV1 sebagai An. Seperti penggunaan PoV1 pada umumnya, otomatis ini akan membuat ruang bercerita penulis menjadi kian sempit. Namun, justru aku merasakan sebaliknya. Terungkapnya masa lalu Ayu—Gadis Pembawa Hujan—membuktikan bahwa penulis memiliki kesempatan bercerita yang luas meski pun menggunakan PoV1.

Overall, aku sangat menikmati buku kak Windry yang satu ini. Sama halnya dengan kue, buku ini memiliki banyak rasa dan enak untuk dinikmati. Jika disuruh mendeskripsikan buku ini dalam 3 kata, maka aku akan menyebutkan: Cake, Love and Memories. Bagaimana denganmu? Oh iya, aku masih sangat berharap untuk membaca karya Kak Windry yang lain. But, sejauh ini, Last Forever masih menjadi favorikut dari 3 buku kak Windry yang sudah aku baca. Tetap berkarya, kak!

Terima kasih!

***

“Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja. Hujan pasti berhenti. Setelahnya, kau akan melihat pelangi.”
Hlm. 281

“Untuk melepaskan masa lalu, yang harus kulakukan bukan melupakannya, melainkan menerimanya. Dengan menerima, aku dapat kesempatan untuk belajar memaafkan diri sendiri. Aku tidak berkata ini mudah. Dan, ini akan butuh waktu. Tetapi, pada saatnya nanti, aku akan terbebas dari semua beban yang menekanku selama ini.
Pada saatnya nanti.”

Hlm. 293

Tidak ada komentar:

Posting Komentar